Monthly Archives: February 2014

Catatan perjalanan – Panderman 31 Des ’12 – 1 Jan ’13

“seribu kali mendaki gunung yang sama, akan dapat seribu pengalaman yang berdeda” – Elgi

Akhir tahun 2012 ini Mas Egin, ada rencana untuk daki bareng ke arjuno *rencana. Dia bela-belain dari balikpapan naik pesawat untuk sekedar naik gunung *berhubung dia belum pernah mendaki #ups. Berbagai persiapan sudah disiapkan, mulai dari uang sampai uang,hhi…

Lupa tanggal berapa dia sampai di malang, yang jelas beberapa hari sebelum pendakian ke arjuno, dapet kabar mendadak kalau arjuno lagi ditutup, dikarenakan ada pendaki yang hilang. Akhirnya muncull opsi pengalihan dari arjuno ke semeru, tapi berhubung temen yang sudah pernah naik ke semeru ogah-ogahan (sebut saja Azami) sehingga rencana gagal total.

Untuk mengisi kekosongan, saya dan Mass Egin sekedar jalan-jalan di malang, mulai dari splindid, makan burger buto, sampai minum kopi hitam pake gelas hadiah mantenan. Semua itu cukup untuk mengisi kebosanan tamu dari balikpapan itu, tapi ya hanya sehari sajo. Puncak kebosanan pun datang, dan membuat saya untuk sekedar mengajak foto-foto di helypad UMM dan tour de kampus kecil kecilan. Berikut FR-nya:

Image Continue reading

Categories: Catatan perjalanan, Traveling | Leave a comment

Kopi Susu

oleh Elgi Zulfakar Diniy
Bukan warung
Bukan toko
Ini pinggir jalan raya
Bukan jus
Bukan soda
Ini secangkir kopi
Bukan roti
Bukan Nasi
Ini gorengan biasa
Sopir angkot
Mahasiswa rantau
Orang berdasi
Asap rokok
Pulpen kertas
Tanpa sekat
Categories: Tulisan | Leave a comment

Delman Tua

oleh Elgi Zulfakar Diniy

Ringkih, tertatih, tradisional
Menantang terik, debu jalanan, modernitas
Menantang fajar mengisi saku
 
Dua roda, 4 kaki berisik, 2 tali kemudi
Ringkikan pembelah dengungan klakson
Menyusuri lembar receh rupiah
 
Rumput hijau
Sisa cucian kopi
Pelecut tenaga mesinnya
Rembesan peluh
Regangan otot
Tetesan air mata
 
Demi seteguk air
Demi sebutir nasi
Demi anak istri
Categories: Tulisan | Leave a comment

10 November 2013

Pahlawan…

Apa yang memegang senjata?
Apa yang memakai seragam?
Apa yang berdarah-merah?
Sempit, bosan, monoton
 
Keluar…
Temui pemegang kemudi tarif
Salami sapu lidi fajar
Hampiri pengajar jembatan
Dengarkan peluit pertigaan tak berseragam
Bukan sekedar 10 November
 
oleh : Gubernur Mahasiswa FKIP ’13/’14 – Elgi Zulfakar Diniy
Categories: Tulisan | Leave a comment

Kontradiksi Laba-laba dalam surat Al Ankabut:41

– Copy paste dari tetangga –
Beberapa waktu lalu pada hari jum’at yang terik mataharinya menyengat di kota kelahiran, terdengar seorang khatib sedang melakukan khotbah shalat jum’at yang materinya adalah penjelasan sebuah ayat yakni surat Al Ankabut ayat ke 41مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ”Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah, ialah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.” – (QS.29:41)

Categories: Pengetahuan | Leave a comment

Sepercik di 15 tahun

Jika boleh meminjam perkataan VI.Lenin, seorang pemimpin dan pemikir besar Komunisme mengenai sistem sel yang dikorelasikan pada pengkaderan, maka seharusnya pembentukan generasi berikutnya harus tetap identik dengan parentalnya, yaitu generasi ’98. Identitas parental tersebut berarti bahwa KAMMI adalah gerakan yang berlandaskan tarbiyah dan memiliki independensi gerakan.

Sekedar mengingat sejarah. KAMMI menjadi semacam gambaran ‘daun hijau’ yang mampu menyuguhkan perubahan besar dengan tujuan yang jelas dan tanpa intervensi apapun. Namun, prestasi di senja-senja indah yang dulu begitu menyenangkan kini mulai tenggelam dalam keadaan yang sulit digambarkan. Ini terjadi justru di tengah perilaku gerakan KAMMI yang mulai disusupi ‘konstruktivisme’. Masuk dalam kategori negatif. tenggelam dalam senja sejarah.

Bahasan klasik semacm ini masih patut untuk terus dimunculkan, terutama pada milad ke-15 ini. Kita perlu revitalisasi. Namun, ‘revitalisasi’ yang bukan bermaksud mengulang sejarah, namun lebih dari itu. KAMMI mesti membuat sejarah baru dengan mewujudkan regenerasi ‘sel’ Lennin yang lebih baik dari generasi sebelumnya namun tetap identik yang pada dasarnya merupakan hakikat dari sebuah perubahan, menggantikan yang sebelumnya sesuai dengan jamannya dengan lebih baik.

Sebagaimana kata Hasan Al-Banna, setiap masa ada pemudanya, setiap pemuda ada masanya dan yang terbaik adalah mereka yang mengetahui masanya. Sehingga, perlakuan generasi ’98 dengan sekarang teramat sangat jelas berbeda. Peter Ferdinand Drucker, seorang teknolog, juga telah menyatakan bahwa masing-masing memiliki definisi tersendiri dari sebuah tujuan dan cara mereka melihat sesuatu serta memikirkan suatu target yang harus mereka kejar.

* Elgi Zulfakar Diniy, mahasiswa biologi ’11
punggawa kaderisasi

Categories: Tulisan | Leave a comment

“Romantis”

~ malam syahdu ba’da maghrib ~

terjadi percakapan sederhana yang cukup asik untuk disimak *bahkan mungkin ditiru dikemudian hari,hhi…
dialog ini terjadi antara dua pasangan, ya, antara lakilaki dan perempuan
sebut saja ia Abi dan Umi *ya, orang tua saya
Abi : Drs. Sugianto MM
Umi : Elis Asnafiah M.Pd
kondisi malam itu umi sedang sakit gigi, tidak terlalu hebat sih, tapi cukup untuk membuat beliau berteman akrab dengan koyok di bagian pipi dan merapatkan punggung di karpet ruang baca rumah kami, yang juga sering digunakan untuk sholat, terutama bagi perempuan.

sepulang dari menunaikan sholat maghrib di masjid, saya biasa bersalaman dengan orang rumah, terutama umi. berhubung beliau pada saat itu sedang sakit, saya bersalaman dan langsung dilanjutkan dengan sedikit memijat beliau untuk mengurangi rasa sakit dengan diselingi candaan ringan antara umi dan anak *cukup membuat umi memperlihatkan gigi gerahamnya berkalikali,dan perut yang berguncang tentunya,hhi…
ditengah keasyikan obrolan kami, terdengar salam dengan suara bass khas orang tua, ya, siapa lagi kalau bukan Abi. usai bersalaman, abi langsung bergabung dalam obrolan aneh kami.
diselasela candaan, muncul percakapan mini antara abi dan umi:

Umi: Bi, gigiku kok sakit ya yang bagian atas
Abi: Ya namanya juga sudah tua Mi
Umi: Bukan, kalau diginikan (sambil mengatupkan mulutnya) kerasa kayak lebih panjang yang bagian atas, jadi kayak kena duluan yang sakit ini
Abi: (dengan santai dan seperti tanpa dosa) Cabut aja Mi
Umi: Yee, tambah ompong nanti, terus ngunyah pake apa?
Abi: Pakai gigi bantuan, atau mau diganti sama gigi abi? bisa nih dicabut satu atau dua biji
Umi: *senyumsenyum
Aku: cieeee, romantis 🙂 – eh, Mi, Bi. kalau abi kan tuanya beruban tapi gak ompong, kalau umi ompong tapi gak beruban. berarti kalo aku tuanya gak ompong dan gak beruban ya,hhi…
Abi: gimana kalo sebaliknya…………….
Aku dan Umi: *berpandangan-eh, hhi…-*ketawa gak jelas

ya, inti dari judul “Romantis” cuma percakapan antara umi sama abi aja sih.
alasan untuk di maktubkan dalam tulisan cuma satu sebenernya, asik aja denger candaan orang tua yang bisa dibilang sudah punya anak empat gedegede (yang tiga ganteng,hhi…) masih bisa becanda yang menurut saya sih romantis. atau lebih dari sekedar romantis
kenapa lebih dari sekedar romantis?
sudah teramat sangat mainstream kita dengar kalau orang mengatakan “belahlah dadaku” , “aku pengen hidup selamanya sama kamu” , “kamu segalagalanya” , atau yang lebih garing “dunia serasa milik kita” *bullshit
pernah kah kita dengar orang bercanda mengenai gigi? *mungkin kalian pernah, tapi saya pertama kalinya,hhi…

apa sih yang istimewa dari gigi?
oh boi, usia mereka sudah sudah memasuki tahap dimana pertumbuhan sudah berhenti, bahkan masuk fase penurunan beberapa fungsi tubuh. pernahkah kita membayangkan ketika diri kita kehilangan satu gigi saja dalam mulut? atau bahkan lebih?
gigi bagaikan harta yang memiliki kemungkinan hilang sewaktuwaktu sangat tinggi dalam usia seperti itu, dan sangat penting *saya rasa gak bagi orang tua saja, tapi seluruh manusia
ya rasanya seperti makan sayur tanpa garam, atau……….. apalah itu…
enak sih makanan yang dimakan, tapi gak bisa dikunyah dan langsung telan ya nikmatnya berkurang seiring berkurangnya jumlah gigi.
hingga akhirnya saya berpikir bahwa candaan kecil ini sangat memiliki makna mendalam dari sekedar candaan atau obrolan santai soal sakit gigi. namun, bagaimana sebiji gigi mungil dan sangat berarti tersebut rela ditawarkan hanya untuk menghilangkan rasa sakit seorang istri

perlu diingat, “lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati” *bullshit
kenyataannya, banyak yang lebih memilih sakit hati daripada menanggung Alaynya rasa sakit gigi 🙂 *trust me
^siap jadi donor gigi?^

~ Romantis gak kenal kadaluarsa dan semoga bisa seperti itu juga nantinya,hhi… ~

oleh : elgi zulfakar diniy

Categories: Tulisan | Leave a comment

3 Februari 2014

oleh Drs. Sugianto MM.

Nanda Elgi…
3 Februari 1993 yang lalu…
Kau dilahirkan dari rahim umimu, dengan wahnan ala wahnin. berbaktilah pada umimu…!
Sekarang kau telah dewasa, menjadi mahasiswa yang cukup dinamis dan aktif di kampus, tingkatkan kwantitas dan kwalitas ibadahmu kepada Allah SWT dengan mentadzaburi Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta ilmu yang umum dan padukan secara holistik.
Amalkan dan Dakwahkan..!
Sholatlah lail dan sholat sunnah lainnya dengan istiqomah…!
Selamat memasuki usia ke 21, mudah-mudahan Allah SWT selalu membimbingmu ke jalan hanif, sehingga kau menjadi pencerah umat, penegak dan pembela dienul Islam di muka bumi ini, Amin…
Abimu (yang menyayangimu karena Allah). cq. Istriku (yang saya cintai karena Allah)

Dari Abi, dikirim tanggal 3 Februari 2014 dini hari, milad ke 21

Categories: Tulisan | Leave a comment

Blog at WordPress.com.