~ malam syahdu ba’da maghrib ~
terjadi percakapan sederhana yang cukup asik untuk disimak *bahkan mungkin ditiru dikemudian hari,hhi…
dialog ini terjadi antara dua pasangan, ya, antara lakilaki dan perempuan
sebut saja ia Abi dan Umi *ya, orang tua saya
Abi : Drs. Sugianto MM
Umi : Elis Asnafiah M.Pd
kondisi malam itu umi sedang sakit gigi, tidak terlalu hebat sih, tapi cukup untuk membuat beliau berteman akrab dengan koyok di bagian pipi dan merapatkan punggung di karpet ruang baca rumah kami, yang juga sering digunakan untuk sholat, terutama bagi perempuan.
sepulang dari menunaikan sholat maghrib di masjid, saya biasa bersalaman dengan orang rumah, terutama umi. berhubung beliau pada saat itu sedang sakit, saya bersalaman dan langsung dilanjutkan dengan sedikit memijat beliau untuk mengurangi rasa sakit dengan diselingi candaan ringan antara umi dan anak *cukup membuat umi memperlihatkan gigi gerahamnya berkalikali,dan perut yang berguncang tentunya,hhi…
ditengah keasyikan obrolan kami, terdengar salam dengan suara bass khas orang tua, ya, siapa lagi kalau bukan Abi. usai bersalaman, abi langsung bergabung dalam obrolan aneh kami.
diselasela candaan, muncul percakapan mini antara abi dan umi:
Umi: Bi, gigiku kok sakit ya yang bagian atas
Abi: Ya namanya juga sudah tua Mi
Umi: Bukan, kalau diginikan (sambil mengatupkan mulutnya) kerasa kayak lebih panjang yang bagian atas, jadi kayak kena duluan yang sakit ini
Abi: (dengan santai dan seperti tanpa dosa) Cabut aja Mi
Umi: Yee, tambah ompong nanti, terus ngunyah pake apa?
Abi: Pakai gigi bantuan, atau mau diganti sama gigi abi? bisa nih dicabut satu atau dua biji
Umi: *senyumsenyum
Aku: cieeee, romantis 🙂 – eh, Mi, Bi. kalau abi kan tuanya beruban tapi gak ompong, kalau umi ompong tapi gak beruban. berarti kalo aku tuanya gak ompong dan gak beruban ya,hhi…
Abi: gimana kalo sebaliknya…………….
Aku dan Umi: *berpandangan-eh, hhi…-*ketawa gak jelas
ya, inti dari judul “Romantis” cuma percakapan antara umi sama abi aja sih.
alasan untuk di maktubkan dalam tulisan cuma satu sebenernya, asik aja denger candaan orang tua yang bisa dibilang sudah punya anak empat gedegede (yang tiga ganteng,hhi…) masih bisa becanda yang menurut saya sih romantis. atau lebih dari sekedar romantis
kenapa lebih dari sekedar romantis?
sudah teramat sangat mainstream kita dengar kalau orang mengatakan “belahlah dadaku” , “aku pengen hidup selamanya sama kamu” , “kamu segalagalanya” , atau yang lebih garing “dunia serasa milik kita” *bullshit
pernah kah kita dengar orang bercanda mengenai gigi? *mungkin kalian pernah, tapi saya pertama kalinya,hhi…
apa sih yang istimewa dari gigi?
oh boi, usia mereka sudah sudah memasuki tahap dimana pertumbuhan sudah berhenti, bahkan masuk fase penurunan beberapa fungsi tubuh. pernahkah kita membayangkan ketika diri kita kehilangan satu gigi saja dalam mulut? atau bahkan lebih?
gigi bagaikan harta yang memiliki kemungkinan hilang sewaktuwaktu sangat tinggi dalam usia seperti itu, dan sangat penting *saya rasa gak bagi orang tua saja, tapi seluruh manusia
ya rasanya seperti makan sayur tanpa garam, atau……….. apalah itu…
enak sih makanan yang dimakan, tapi gak bisa dikunyah dan langsung telan ya nikmatnya berkurang seiring berkurangnya jumlah gigi.
hingga akhirnya saya berpikir bahwa candaan kecil ini sangat memiliki makna mendalam dari sekedar candaan atau obrolan santai soal sakit gigi. namun, bagaimana sebiji gigi mungil dan sangat berarti tersebut rela ditawarkan hanya untuk menghilangkan rasa sakit seorang istri
perlu diingat, “lebih baik sakit gigi, daripada sakit hati” *bullshit
kenyataannya, banyak yang lebih memilih sakit hati daripada menanggung Alaynya rasa sakit gigi 🙂 *trust me
^siap jadi donor gigi?^
~ Romantis gak kenal kadaluarsa dan semoga bisa seperti itu juga nantinya,hhi… ~
oleh : elgi zulfakar diniy